Jakarta — Menjelang keikutsertaan Timnas Indonesia U‑17 di ajang Piala Dunia U‑17 2025, publik sepak bola tanah air dibuat bertanya‑tanya: mengapa dari barisan pemain muda yang memiliki latar keturunan diaspora hanya empat pemain yang masuk skuad? Padahal potensi talenta keturunan luar negeri dianggap cukup besar.
Hambatan Administratif Jadi Batu Sandungan Utama
Menurut pernyataan dari salah satu pejabat internal PSSI, yakni Arya Sinulingga, salah satu faktor utama adalah aturan terkait kewarganegaraan dan paspor orang tua para calon pemain diaspora. IDN Times
“Di U‑17 itu masih susah kami untuk melakukan naturalisasi. Karena U‑17 itu mereka, kalaupun dia harus berdarah Indonesia, dia harus orang tuanya punya paspor salah satunya Indonesia,” ungkap Arya. IDN Times
Artinya, meski seorang pemain muda lantaran faktor keturunan memiliki potensi membela Timnas Indonesia U‑17, namun jika dokumentasi seperti paspor atau kewarganegaraan orang tua belum memenuhi syarat, maka peluang masuk ke tim sangat terbatas.
Proses Pemanggilan Diaspora Berbeda dengan Usia Lebih Tinggi
PSSI juga menegaskan bahwa proses untuk pemain di kelompok U‑17 memiliki karakteristik berbeda dibanding kelompok usia yang lebih senior. Prosedur naturalisasi untuk pemain U‑20, U‑23 atau senior relatif lebih mudah ketimbang U‑17. IDN Times+1
Pada kelompok U‑17, regulasi FIFA maupun kebijakan internal federasi menyulitkan pemanggilan pemain keturunan yang dokumen kewarganegaraannya masih belum rampung. Hal ini membuat pipeline talenta diaspora bagi tim muda harus ekstra teliti sejak awal.
Implikasi bagi Timnas Indonesia U‑17 di Piala Dunia
Dengan hanya empat pemain diaspora yang dipanggil, artinya mayoritas skuad Timnas Indonesia U‑17 bersumber dari pemain domestik. Di satu sisi itu bisa menjadi peluang untuk memberi pengalaman bagi talenta lokal. Namun di sisi lain, persaingan di level dunia makin berat. Musim ini Timnas U‑17 akan berlaga di grup yang sangat menantang. IDN Times
Para pelatih dan staf tim harus mengoptimalkan keseimbangan antara pemain domestik dan diaspora, mengingat mental, pengalaman, dan kondisi fisik yang mungkin berbeda di level internasional.
Strategi Jangka Panjang untuk Memaksimalkan Talenta Diaspora
Untuk memaksimalkan potensi pemain keturunan luar negeri di tim muda, beberapa langkah strategis perlu dipertimbangkan:
-
Pemetaan talenta sedini mungkin – Identifikasi pemain diaspora sejak usia belia agar proses administrasi (paspor, kewarganegaraan) bisa diselesaikan lebih awal.
-
Kolaborasi dengan klub luar negeri – Memfasilitasi pemain muda diaspora agar tetap dalam sistem kompetisi yang mendukung kemajuan teknis dan mental mereka.
-
Transparansi dan edukasi regulasi – Memperjelas regulasi bagi pemain dan orang tua mengenai kewarganegaraan, naturalisasi, dan persyaratan bermain untuk tim nasional.
-
Penguatan pemain domestik – Karena peluang bagi diaspora terbatas, maka pengembangan bakat lokal tetap menjadi fondasi penting untuk menjaga stabilitas tim muda.
Kesimpulan
Keputusan untuk hanya memasukkan empat pemain diaspora ke dalam skuad Timnas Indonesia U‑17 bukan sekadar pilihan teknis, melainkan akibat dari hambatan administratif dan regulasi yang cukup kompleks. Meskipun demikian, kebijakan ini juga menegaskan bahwa pengembangan pemain muda domestik dan talenta keturunan luar negeri harus berjalan beriringan.
Bagi Indonesia, ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan — menjembatani antara potensi pemain diaspora yang besar dan penguatan fondasi pemain lokal demi hasil yang lebih kompetitif di panggung dunia.